MAKALAH
SISTEM ENDOKRIN
“Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke”
Dosen Pembimbing:
Heni Eka Wati, S. Kep.,Ns., M.
Kes
Disusun Oleh :
Achmad
khotibul umam
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN
AKADEMIK 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah,
kami selaku penulis makalah Sistem Endokrin yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas seminar, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1.
Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M. Kes,
selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2.
Arifal
Aris,S. Kep, Ns. M. Kes, selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
3.
Heni
Eka Wati S.Kep., Ns., M. Kes, selaku
dosen Mata Kuliah Sistem Endokrin.
4.
Dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga
dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, 8 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori dari Menarke......................................................................... 3
2.2
Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Menarke................................. 11
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 17
3.2 Saran......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa
yang paling penting pada remaja putri adalah menarke yaitu perdarahan pertama dari
uterus yang terjadi pada seorang wanita
(Wiknjosastro, 2005 : 92). Hal
ini menjadi tanda biologis dari kematangan seksual
yang dapat timbul bermacam-macam peristiwa hormonal, reaksi biologis dan reaksi psikis serta proses somatis yang berlangsung secara siklik dan terjadi pengulangan secara periodic peristiwa menstruasi.Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya
organ hipotalamus, hipofise, ovariumdan
uterus secara terkoordinasi. Pada awal menstruasi sering tidak teratur bahkan bias berlangsung
1-2 tahun (DepKes RI, 1992 : 30). Peristiwa ini bias berproses dalam suasana hati
yang normal pada anak gadis tetapi kadang kala juga bias berjalan tidak lancer dan bias menimbulkan masalah psikosomatis.
Fase tibanya haid ini merupakan suatu peristiwa dimana remaja telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya. Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman menstruasi tersebut.
Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada reaksi psikis pada saat haid pertama lalu timbul
proses yang disebut sebagai komplek kastrasi atau
trauma genetalia (Kartono, 1992 : 112-113).
Menstruasi yang datangnya
sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat muda usianya, dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan
badan menyebabkan menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau
sebagai satu tugas baru yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang
keliru yang sesuai dengan teori cloaca yang menyatakan segala sesuatu yang
keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda
noda dan tidak suci. Dalam situasi yang demikian menarke dihayati anak sebagai satu
proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya dimana ia harus menyingkir,
menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak ketika ia telah menjadi dewasa,
ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan
orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya.
Reaksi individual anak gadis pada saat menarke
berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi kecemasan berupa
fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam bentuk
hypochondria.Bisa juga berwujud rasa bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim
yang kemudian menjadi reaksi paranoid (Kartono, 1992 : 114-118). Beberapa perubahan
mental lain yang terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri
(malu, sedih, khawatir dan bingung)
(BKKBN, 2001 :5). Dengan demikian perlu diberikan pendidikan tentang menarke
kepada remaja putri sebelum mereka menghadapi menstruasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka fokus
dari permasalahan pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep teori dari menarke?
2. Bagaimana
proses keperawatan klien dengan menarke?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui konsep teori dari menarke.
2. Memiliki intlektual dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan menarke.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Konsep
Teori Menarke
1.1.1 Definisi
Menarke
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya
cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam
rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad
rata-rata usia menarche mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13
tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono,
1992).
Menarche
adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan
yang pertama kali (BKKBN, 1997 : 27).
Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami
perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan
perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus
dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena
merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008).
1.1.2 Karakteristik
Usia dan Macam Menarke
Usia remaja yang mendapat menarche
bervariasi yaitu :
a. Antara usia 10-16 tahun, tetapi
rata-rata 12,5 tahun (Wiknjosastro, 2005 : 104).
b. Antara 11-15 tahun, rata-rata 13
tahun (Pardede, 2002 : 154).
Macam-macam menarche ada 2 yaitu :
a. Menarche prekoks
Menarche prekoks yaitu sudah ada
haid sebelum umur 10 tahun.
b.
Menarche
tarda
Menarche tarda yaitu menarche yang
baru datang umur 14-16 tahun.
1.1.3 Faktor
Yang Mempengaruhi Menarke
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi menarche ada 3 yaitu sebagai
berikut :
1.
Faktor keturunan
Saat timbulnya menarche juga
kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche
sesama saudara kandung lebih erat dari pada antara ibu dan anak perempuannya.
2.
Keadaan gizi
Makin baiknya nutrisi mempercepat
usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak
yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus.
3.
Kesehatan umum
Badan yang lemah atau penyakit yang
mendera seorang anak gadis seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi
masukkan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche. Demikian
pula obat-obatan.
Menurut Kartono (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi
menarche ada empat yaitu
sebagai berikut :
1.
Faktor ras atau suku bangsa
Perbedaan etnis dalam usia saat
menarche, misalnya di Amerika Serikat paling cepat pada Hispanics, lebih lambat
pada kulit hitam dan paling lambat pada Caucasian.
2.
Faktor iklim
Menarche lebih lambat timbul di
daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat di daerah dataran
rendah.
3.
Cara hidup
Latihan atletik yang berat dapat
memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi.
4.
Lingkungan
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari
luar, misalnya berupa film-flim seks (blue flims), buku-buku bacaan dan
majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria,
pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke
pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang
disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju
hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior, melalui sistem
portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen
dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar indung telur
memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk
hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan
dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi.
1.1.4 Manifestasi
Klinis Menarke
1.
Nyeri
/ kram perut : Saat esterogen dan progesteron menurun maka endometrium tampak dilatasi dan statis dengan
hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu terjadi degenerasi
serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Spasme
endometrium itulah yang menyebabkan nyeri/kram endometrium
2.
Cemas
/ansietas : Menarce yang datang lebih awal akan menyebabkan seorang klien cemas
karana mungkin ia belum pernah tahu akan terjadi menstruasi dalam kehidupannya,
hal ini juga dapat berpengaruh terhadap psikis seseorang yang mana persepsi
seseorang tentang menarce juga ikut mempengaruhi.
3.
Lemas,
lelah : klien yang mentruasi akan mengeluarkan darah dari dalam ovarium,
apabila terjadi ketidak seimbangan antara darah yang keluar dengan asupan gizi
khususnya zat besi,maka klien dapat mengalami amenia. Anemia inilah yang pada
sebagian wanita akan tampak lemas dan lelah.
4.
Sensitif
(mudah marah) : Pada masa menstruasi akn terjadi ketidak seimbangan antara
hormon esterogen dan progesreron. Hal ini akan mengakibatkan ketidak seimbangan
neurotransmiter pusat. Nyeri/ kram pada ovarium juga akan mengakibatkan stres
psikologis sehingga akan meningkatkan kadar hormon kortisol (hormon stres).
Kedua hal tersebutlah yang dapat mengakibatkan klien lebih sensitif dan lebih
peka terhadap rangsangan lingkungan.
5.
Payudara
kencang : Mungkin gejala ini juga bisa muncul ketika sebelum terjadi menstruasi
yang disebabkan karena redistribusi cairan tubuh.
6.
Nyeri
punggung : dapat diakibatkan karena penjalaran nyeri/ nyeri alih dari ovarium
yang mengalami spasme.
1.1.5 Fisiologis
Menarke
Pada masa kanak-kanak indung telur
(ovarium) dikatakan masih berisirahat dan baru bekerja pada masa pubertas. Pada siklus hiad endometrium
dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum setelah terjadi ovulasi, di
bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium : estrogen dan progesteron.
1.
Rangsangan panca indera diubah didalam
korteks serebri dan melalui nukleus amiglada disalurkan menuju hipotalamus,
kemudian ke hipofise, dan ovarium, selain itu juga dipengaruhi oleh glandula
tireodea, korteks adrenal, dan kelenjar endokrin lain.
2.
Setiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone)
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofise yang menimbulkan beberapa folikel
primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Folikel ini akan berkembang menjadi
folikel de Graaf yang membuat estrogen.
3.
Folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang
dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen.
4.
Estrogen
mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium tumbuh dan
berproliferasi disebut masa proliferasi.
5.
Di
bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan
ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi.
6.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah
korpus rubrum, yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon LH dan
LTH (luteotrophic hormones). Korpus
luteum menghasilkan hormon progesteron.
7.
Progesteron
ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan
menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi yang disebut masa
sekretori.
8.
Bila
tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar
estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron
menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak
dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia.
Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang
nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis.
Gmbr : Siklus
menstruasi
Hipofisis anterior menghasilkan FSH
|
Terjadi ovulasi
|
Terjadi penebalan pada endometrium
|
Folikel de’graf semakin matang dan banyak mengandung
esterogen
|
Terbentuk korpus rubrum
|
korpus loteum
|
Menghasilkan H. progesteron
|
Masa sekretori
|
masa proliferasi
|
Menimbulkan efek dilatasi & statis pd arteri
endometrium
|
Nyeri pada ovarium
|
Kadar Hb menurun
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
spasme endometrium
|
Anemia
|
Ansietas
|
Kurangnya pengetahuan terhadap terjadinya menarke
|
Darah banyak keluar dan kurangnya asupan besi
|
Intoleransi
aktivitas
|
Rangsangan
pancaindera
|
Korteks
serebri (melalui nukleus amiglada)
|
Kelemahan,
kelelahan
|
Endometrium berkeluk-keluk dan bersekresi
|
Kadar esterogen + progesteron menurun
|
Ruptur endometrium
|
Menarke
|
Hipotalamus
(GSH)
|
Menghasilkan beberapa folikel primer
|
1.1.6 Perilaku Ibu Dalam Menghadapi Menarke Pada
Remaja Putri
Hal - hal yang dilakukan ibu dalam menghadapi
menarke pada remaja putri yaitu :
1.
Ibu harus
menerangkan kepada remaja putri bahwa menarche adalah hal yang sangat
penting dalam hidup remaja putri, karena pada saat menarche remaja putri
akan dimulainya tanda bahwa remaja putri sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan tanda seks sekunder yang ditandai denga payudara mulai membesar
dan mulai tumbuhnya pubis, ini diakibatkan oleh proses hormonal yang kompleks.
2.
Ibu juga
harus bisa menjelaskan kepada remaja putri tentang perubahan aspek psikososial
dari kematangan seksual pada remaja putri, agar remaja putri mampu melakukan
penyesuain untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi dan mengurangi
rasa cemas atas perubahan yang dialami remaja putri.
3.
Ibu
juga harus mampu membimbing remaja putri agar remaja putri dapat menerima
ukuran kebebasan atau kemandirian yang diberikan ibu kepada remaja putri agar
tidak terjadi kesenjangan dan konflik karena pada saat ini remaja putri
mengalami ikatan emosional yang berkurang, misalnya dalam hal memilih teman
ataupun melakukan aktifitas, dan sifat remaja putri yang ingin memperoleh
kebebasan emosional, sementara ibu masih ingin mengawasi dan melindungi remaja
putri.
4.
Ibu harus memiliki pola asuh yang benar
yang diterapkan oleh remaja putri.
5. Ibu menerapkan
kepada remaja putri cara-cara memelihara kesehatan reproduksi yang benar.
1.
Penggunaan
pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan
sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaus.
Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab.
Kondisi ini akan menimbulkan ketidak nyamanan bagi pemakai, serta sangat
kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam
keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian terlalu sempit atau penggunaan
karet yang berlebihan akan menganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa
gatal.
2.
Memotong
Bulu Pubis
Dengan mencukur bulu - bulu pubis,
kebersihan bulu - bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media
kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang
terlalu panjang dan lebat akan selalu terpapar urine saat buang air kecil.
3.
Penggunaan
Pembalut Wanita
Pada
saat haid, remaja putri harus memakai pembalut yang bersih. Pilih pembalut yang
tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk
mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air
besar, ganti dengan pembalut yang bersih atau yang baru. Jenis ukuran pembalut
disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai
terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut
yang berukuran kecil (pantyliner) (Aryani, 2010).
4.
Kebersihan
Alat Kelamin Luar
Bagi remaja putri, membiasakan
diri untuk membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air
besar dan mengeringkan sampai benar - benar kering sebelum mengenekan pakaian
dalam adalah perilaku yang benar. Tehnik membersihkan vulva adalah dari arah
depan kebelakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva
dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara berlebihan, karena akan
merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein.
1.1.7
Penatalaksanaan
Medis
Pada
dasarnya menarce adalah bukan suatu masalah patologis dalam kesehatan, sehingga
tidak ada penatalaksanaan medis khusus untuk kasus ini. Penatalaksanaan medis
hanya ditujukan pada menifestasi klinisnya. Untuk mengatasi nyeri yang timbul
pada menarce yang disertai disminore, klien dapat diberikan obat golongan
asamefenamat sesuai indikasi dokter. Dan untuk mengtasi ansietas yang timbul
berlebihan pada klien, kita dapat memberikanya obat untuk menenangkan klien,
contohnya diazepam sesuai dengan indikasi dokter.
1.1.8
Management
Keperawatan
Beberapa
intervensi yang dapat kita berikan kepada klien yang mengalami menarce antara
lain :
1.
Memberikan konseling kepada klien dan ibu tentang
apa yang dialami klien dengan tujuan agar klien merasa lebih tenang.
2.
Mengajarkan klien dan ibu tentang hal - hal yang dilakukan dalam menghadapi
menarke seperti yang telah diterangkan diatas.
3.
Menganjurkan kepada klien agar mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung nutrisi dan memenuhi kebutuhan zat besi klien sekitar
400 mg – 500 mg / hari karena pada orang menstruasi akan banyak besi yang
dikeluarkan, sehingga hal tersebut dapat mencegah terjadinya anemia.
4.
Memberikan kompres hangat pada abdomen klien yang
mengalami menarce disertai disminore.
1.2 Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke
1.2.7
Pengkajian
Identitas :
Nama, alamat, usia (rata-rata antara usia 10-15 tahun),
jenis kelamin (perempuan), agama, pendidikan, pekerjaan , suku/bangsa, alamat, status perkawinan, dan
penanggung biaya dll.
·
Keluhan
utama:
Biasanya yang sering menjadi keluhan
klien :
1.
Nyeri
pada abdomen khususnya pada bagian ovarium
2.
Cemas
/ ansietas
·
Riwayat
penyakit sekarang:
Biasanya klien mengeluh
nyeri pada abdomen bagian bawah yang menjalar hingga ke punggung, cemas karena
tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, lemas, lemah dan lelah bisanya juga
disertai dengan pusing. Mudah marah.
·
Riwayat
Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada klien tentang pola
nutrisi klien karena anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih
banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada klien atau keluarga tentang usia berapa
dahulu ibu atau saudara perempuan dari klien mengalami menarce
- Riwayat Psikososial Spiritual
1.
Kebanyakan
klien mengalami ansietas karena kurangnya pengetahuan tentang menarke.
2.
Biasanya
klien sering bertanya-tanya tentang terjadinya menarke.
3.
Sensitif
dan lebih mudah untuk marah.
4.
Aktifitas
spiritual klien terganggu.
- Pola Kebiasaan Sehari - hari (ADL)
E Nutrisi
Pada umumnya tidak terdapat gangguan, hanya saja pada
beberapa orang terkadang nafsunya makan menurun karena nyeri pada abdomen.
E Eliminasi
Volume urin normal 1000 ml-1500 ml/ hari, BAB normal 1-2
x/hari
E Aktivitas
Pada beberapa orang biasanya mengalami gangguan dalam
menjalankan aktifitas sehari-harinya karena nyari pada abdomen / disminore, merasa
tidak nyaman, dan karena mudah lelah.
E Istirahat
Terganggu karena nyeri abdomen / disminore.
- Pemeriksaan Fisik
1.
Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : Normal
Nadi : Pada beberapa klien mengalami takikardi
Suhu : Normal
RR : Normal
2.
Pemeriksaan
Fisik Head to Toe
Kepala
: Simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan.
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak odem
Mata : tidak cekung, congjugtiva merah muda / anemis, sclera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah
Hidung : Simetris, sekret tidak ada, polip tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen yang berlebihan, fungsi pendengaran
baik.
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran/ bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada penarikan otot intercostae.
Mammae
: Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, biasanya terasa keras
dan nyeri bila di palpasi.
Abdomen
: Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada luka bekas operasi, nyeri pada daerah ovarium/ daerah diatas pubis yang
biasanya pada beberapa klien nyeri hingga daerah lumbal.
Genetalia : Keluar darah dari vagina encer dan ada beberapa gumpalan,tidak ada tanda infeksi pada genetalia.
Tidak ada masalah
pada penyebaran rambut pubis, tidak ada varises, oedem, dan lesi.
Anus : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas :
Atas
: Simetris, tidak odem, akral hagat pergerakan sendi bebas.
Bawah : Simetris,
tidak odem, tidak ada varises pada kedua tungkai, pergerakan sendi bebas.
1.2.8
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d spasme endometrium
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang menarce
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,kelelahan.
1.2.9
Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
spasme endometrium
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ...x 24 jam,
diharapkan nyeri
klien hilang atau berkurang.
Kriteria
hasil :
1. Skala nyeri menurun
2. TTV normal :
TD: 110/90 mmHg-120/100 mmHg
T : 36,5 O C-37,5 OC
RR : 16-24x/menit
N : 60-100x/ menit
3. Klien tampak rileks
4. Klien mampu melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri
5. Klien dapat menyesuaikan diri dengan nyeri
Intervensi :
1)
Obsevasi
tanda-tanda vital klien
R/ nyeri dapat
mempengaruhi kenormalan tanda-tanda
vital klien.
2)
Pertahankan
tirah baring
R/ untuk
meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
3)
Ajarkan
pada pasien teknik relaksasi dan distraksi dalam menurunkan nyeri
R/ teknik
relaksasi dan distraksi akan
membantu pasien dalam mengontrol nyeri
4)
Kaji
ekspresi wajah klien
R/ ekspresi wajah
bisa menjadi indikator dalam merespon nyeri
5)
Observasi
skala nyeri
R/ skala nyeri
membantu untuk mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami oleh pasien dan
membantu untuk menentukan tindakan selanjutnya.
6)
Berikan
klien kompres hangat pada bagian abdomen
R/ Kompres hangat
akan membantu mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri.
Dx 2 :
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang terjadinya menarke
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x24 jam cemas klien berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil :
1. Klien tampak tenang
2. Klien mengerti penjelasan perawat tentang terjadinya
menarke
Intervensi :
1.
Bentuk
hubungan percaya dengan pasien. Bersikap jujur, konsisten didalam respon.
Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus.
R/ Kejujuran, ketersediaan, dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada
hubungan pasien perawat.
2.
Kaji tingkat ansietas pasien.
R/ membantu dalam mengidentifikasi
kekuatan dan ketrampilan yang mungkin membantu pasien
mengatasi keadaannya sekarang dan atau kemungkinan
lain untuk memberikan bantuan yang sesuai.
- Dorong
klien untuk mrngungkapkan perasaan dan pikirannya.
R/ memberikan kesempatan untuk
memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep tentang Menarke.
4.
Jelaskan pada klien tentang apa yang terjadi pada diri klien.
R/ penjelasan
perawat tentang apa yang terjadi pada diri klien (menarke) akan membantu
mengurangi rasa cemas klien.
- Berikan penjelasan kepada klien tentang cara merawat
diri waktu menstruasi.
R/ penjelasan tentang cara merawat diri waktu haid akan
membantu mengurangi kekhawatiran klien waktu menstruasi.
Dx 3 : Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x24 jam klien dapat mempertahankan
aktivitas sehari-hari.
Kriteria Hasil :
1.
Klien
dapat melaporkan perbaikan rasa berenergi.
2.
Berpartisipasi
pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.
Evaluasi
laporan kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas serta perhatikan kemampuan
tidur/istirahat dengan tepat.
R/ Menentukan derajat (berlanjutnya/perbaikan) dari efek
ketidakmampuan.
2.
Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan
R/ Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi.
3.
Rencanakan
periode istirahat yang adekuat.
R/ Mungkin mempunyai efek akumulatif (sepanjang faktor
psikologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut diakui/diketahui.
4.
Berikan
bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi.
R/ Mencegah energi, memungkinkan berlanjutnya aktivitas
yang dibutuhkan/normal dan memberikan keamanan pada pasien.
5.
Tingkatkan
tingkat partisipasi sesuai toleransi pasien.
R/ Meningkatkan rasa membaik/meningkatkan kesehatan dan
membatasi frustasi.
6.
Lakukan
kolaborasi untuk mengawasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium, dan
kalium.
R/ Ketidakseimbangan dapat mengganggu fungsi
neuromuskular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi untuk menyelesaikan
tugas dan potensial perasaan lelah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menarche didefinisikan sebagai
pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari alat kelamin wanita
berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh
darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami
perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal
terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).
Menarche
disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.
Sedangkan menurut Kartono (1992), menarche disebabkan karena faktor ras atau
suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan.
Banyak gejala yang timbul pada menarche seperti :
Nyeri / kram perut, cemas /ansietas, lemas, lelah dan
sensitif (mudah marah). Dari menarche ini didapati masalah keperawatan yang
sering muncul sesebagai berikut:
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d spasme endometrium
2.
Ansietas
b.d kurangnya pengetahuan tentang proses menstruasi
3.
Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan dan kelelahan
B.
Saran
1. Diharapkan
makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa keperawatan untuk lebih bisa
memahami tentang Menarke.
2.
Makalah
“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Menarke ” ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan
saran untuk lebih memperbaiki makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri :Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC
Andrews, Gilly. 2009. Buku
Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, Ed 2. Jakarta: EGC
Ida Bagus Gede Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Ginekologi Sosial Profesi Bidan.
Jakarta : EGC
BKKBN. 2000. Materi Pelatihan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) Bagi Fasilitator. Jakarta : Badan Kordinasi
Keluarga Berencana Nasional.
Kartono. 1992. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan
Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju
0 komentar:
Posting Komentar