Selasa, 13 November 2012

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke”


MAKALAH SISTEM ENDOKRIN
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke”


Dosen Pembimbing:
Heni Eka Wati, S. Kep.,Ns., M. Kes



Disusun Oleh :
Achmad khotibul umam




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah Sistem Endokrin yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke  yang mana makalah ini sebagai salah  satu tugas seminar, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1.        Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M. Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2.        Arifal Aris,S. Kep, Ns. M. Kes, selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3.        Heni Eka Wati S.Kep., Ns., M. Kes, selaku dosen Mata Kuliah Sistem Endokrin.
4.        Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
                       
Lamongan, 8 Juni 2012

Penyusun






DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori dari Menarke......................................................................... 3
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Menarke................................. 11
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 17
3.2 Saran......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peristiwa yang paling penting pada remaja putri adalah menarke yaitu perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Wiknjosastro, 2005 : 92). Hal ini menjadi tanda biologis dari kematangan seksual yang dapat timbul bermacam-macam peristiwa hormonal, reaksi biologis dan reaksi psikis serta proses somatis yang berlangsung secara siklik dan terjadi pengulangan secara periodic peristiwa menstruasi.Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya organ hipotalamus, hipofise, ovariumdan uterus secara terkoordinasi. Pada awal menstruasi sering tidak teratur bahkan bias berlangsung 1-2 tahun (DepKes RI, 1992 : 30). Peristiwa ini bias berproses dalam suasana hati yang normal pada anak gadis tetapi kadang kala juga bias berjalan tidak lancer dan bias menimbulkan masalah psikosomatis.
Fase tibanya haid ini merupakan suatu peristiwa dimana remaja telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya. Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan semakin terasa kejam  dan mengancam  pengalaman menstruasi tersebut. Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada reaksi psikis pada saat haid pertama lalu timbul proses yang disebut sebagai komplek kastrasi atau trauma genetalia (Kartono, 1992 : 112-113).
Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat muda usianya, dan  kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan menyebabkan menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau sebagai satu tugas baru yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang keliru yang sesuai dengan teori cloaca yang menyatakan segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda noda dan tidak suci. Dalam situasi yang demikian menarke dihayati anak sebagai satu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya dimana ia harus menyingkir, menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak ketika ia telah menjadi dewasa, ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya. Reaksi individual anak gadis pada saat menarke berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi kecemasan berupa fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam bentuk hypochondria.Bisa juga berwujud rasa bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim yang kemudian menjadi reaksi paranoid (Kartono, 1992 : 114-118). Beberapa perubahan mental lain yang terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung) (BKKBN, 2001 :5). Dengan demikian perlu diberikan pendidikan tentang menarke kepada remaja putri sebelum mereka menghadapi menstruasi.
                                                          
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka fokus dari permasalahan pada makalah ini adalah:
1.      Bagaimana konsep teori dari menarke?
2.      Bagaimana proses keperawatan klien dengan menarke?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui konsep teori dari menarke.
2. Memiliki intlektual dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan menarke.











BAB II
PEMBAHASAN

1.1    Konsep Teori Menarke
1.1.1   Definisi Menarke
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).
Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan yang pertama kali (BKKBN, 1997 : 27).
Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan - perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008).

1.1.2   Karakteristik Usia dan Macam Menarke
Usia remaja yang mendapat menarche bervariasi yaitu :
a.       Antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun (Wiknjosastro, 2005 : 104).
b.      Antara 11-15 tahun, rata-rata 13 tahun (Pardede, 2002 : 154).
Macam-macam menarche ada 2 yaitu :
a.       Menarche prekoks
Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.
b.      Menarche tarda
Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun.




1.1.3   Faktor Yang Mempengaruhi Menarke
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi menarche ada 3 yaitu sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antara ibu dan anak perempuannya.
2. Keadaan gizi
Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus.
3. Kesehatan umum
Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche. Demikian pula obat-obatan.
Menurut Kartono (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi menarche ada empat yaitu sebagai berikut :
1. Faktor ras atau suku bangsa
Perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya di Amerika Serikat paling cepat pada Hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada Caucasian.
2. Faktor iklim
Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat di daerah dataran rendah.
3. Cara hidup
Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi.
4. Lingkungan
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa film-flim seks (blue flims), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior, melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi.

1.1.4   Manifestasi Klinis Menarke
1.      Nyeri / kram perut : Saat esterogen dan progesteron menurun maka endometrium tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Spasme endometrium itulah yang menyebabkan nyeri/kram endometrium
2.      Cemas /ansietas : Menarce yang datang lebih awal akan menyebabkan seorang klien cemas karana mungkin ia belum pernah tahu akan terjadi menstruasi dalam kehidupannya, hal ini juga dapat berpengaruh terhadap psikis seseorang yang mana persepsi seseorang tentang menarce juga ikut mempengaruhi.
3.      Lemas, lelah : klien yang mentruasi akan mengeluarkan darah dari dalam ovarium, apabila terjadi ketidak seimbangan antara darah yang keluar dengan asupan gizi khususnya zat besi,maka klien dapat mengalami amenia. Anemia inilah yang pada sebagian wanita akan tampak lemas dan lelah.
4.      Sensitif (mudah marah) : Pada masa menstruasi akn terjadi ketidak seimbangan antara hormon esterogen dan progesreron. Hal ini akan mengakibatkan ketidak seimbangan neurotransmiter pusat. Nyeri/ kram pada ovarium juga akan mengakibatkan stres psikologis sehingga akan meningkatkan kadar hormon kortisol (hormon stres). Kedua hal tersebutlah yang dapat mengakibatkan klien lebih sensitif dan lebih peka terhadap rangsangan lingkungan.
5.      Payudara kencang : Mungkin gejala ini juga bisa muncul ketika sebelum terjadi menstruasi yang disebabkan karena redistribusi cairan tubuh.
6.      Nyeri punggung : dapat diakibatkan karena penjalaran nyeri/ nyeri alih dari ovarium yang mengalami spasme.

1.1.5   Fisiologis Menarke
Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan baru bekerja pada masa pubertas. Pada siklus hiad endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium : estrogen dan progesteron.
1.      Rangsangan panca indera diubah didalam korteks serebri dan melalui nukleus amiglada disalurkan menuju hipotalamus, kemudian ke hipofise, dan ovarium, selain itu juga dipengaruhi oleh glandula tireodea, korteks adrenal, dan kelenjar endokrin lain.
2.      Setiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofise yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Folikel ini akan berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen.
3.      Folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen.
4.      Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut masa proliferasi.
5.      Di bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi.
6.      Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum, yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones). Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
7.      Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi yang disebut masa sekretori.
8.      Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis.
Gmbr : Siklus menstruasi




















Hipofisis anterior menghasilkan FSH

Terjadi ovulasi

Terjadi penebalan pada endometrium

Folikel de’graf semakin matang dan banyak mengandung esterogen

Terbentuk korpus rubrum

korpus loteum

Menghasilkan H. progesteron

Masa sekretori

masa proliferasi

Menimbulkan efek dilatasi & statis pd arteri endometrium

Nyeri pada ovarium

Kadar Hb menurun

Gangguan rasa nyaman nyeri

spasme endometrium

Anemia

Ansietas

Kurangnya pengetahuan terhadap terjadinya menarke

Darah banyak keluar dan kurangnya asupan besi

Intoleransi aktivitas

Rangsangan pancaindera

Korteks serebri (melalui nukleus amiglada)

Kelemahan, kelelahan

Endometrium berkeluk-keluk  dan bersekresi

Kadar esterogen + progesteron menurun

Ruptur endometrium

Menarke

Hipotalamus (GSH)

Menghasilkan beberapa folikel primer
PATHWAY






  

























1.1.6 Perilaku Ibu Dalam Menghadapi Menarke Pada Remaja Putri
Hal - hal yang dilakukan ibu dalam menghadapi menarke pada remaja putri yaitu :
1.      Ibu harus menerangkan kepada remaja putri bahwa menarche adalah hal yang sangat penting dalam hidup remaja putri, karena pada saat menarche remaja putri akan dimulainya tanda bahwa remaja putri sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder yang ditandai denga payudara mulai membesar dan mulai tumbuhnya pubis, ini diakibatkan oleh proses hormonal yang kompleks.
2.      Ibu juga harus bisa menjelaskan kepada remaja putri tentang perubahan aspek psikososial dari kematangan seksual pada remaja putri, agar remaja putri mampu melakukan penyesuain untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi dan mengurangi rasa cemas atas perubahan yang dialami remaja putri.
3.      Ibu juga harus mampu membimbing remaja putri agar remaja putri dapat menerima ukuran kebebasan atau kemandirian yang diberikan ibu kepada remaja putri agar tidak terjadi kesenjangan dan konflik karena pada saat ini remaja putri mengalami ikatan emosional yang berkurang, misalnya dalam hal memilih teman ataupun melakukan aktifitas, dan sifat remaja putri yang ingin memperoleh kebebasan emosional, sementara ibu masih ingin mengawasi dan melindungi remaja putri.
4.      Ibu harus memiliki pola asuh yang benar yang diterapkan oleh remaja putri.
5. Ibu menerapkan kepada remaja putri cara-cara memelihara kesehatan reproduksi yang benar.
1.      Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan ketidak nyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan menganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal. 
2.      Memotong Bulu Pubis
Dengan mencukur bulu - bulu pubis, kebersihan bulu - bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat akan selalu terpapar urine saat buang air kecil.
3.      Penggunaan Pembalut Wanita
            Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih atau yang baru. Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil (pantyliner) (Aryani, 2010).
4.      Kebersihan Alat Kelamin Luar
Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar - benar kering sebelum mengenekan pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Tehnik membersihkan vulva adalah dari arah depan kebelakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein.

1.1.7        Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya menarce adalah bukan suatu masalah patologis dalam kesehatan, sehingga tidak ada penatalaksanaan medis khusus untuk kasus ini. Penatalaksanaan medis hanya ditujukan pada menifestasi klinisnya. Untuk mengatasi nyeri yang timbul pada menarce yang disertai disminore, klien dapat diberikan obat golongan asamefenamat sesuai indikasi dokter. Dan untuk mengtasi ansietas yang timbul berlebihan pada klien, kita dapat memberikanya obat untuk menenangkan klien, contohnya diazepam sesuai dengan indikasi dokter.

1.1.8        Management Keperawatan
Beberapa intervensi yang dapat kita berikan kepada klien yang mengalami menarce antara lain :
1.      Memberikan konseling kepada klien dan ibu tentang apa yang dialami klien dengan tujuan agar klien merasa lebih tenang.
2.      Mengajarkan klien dan ibu tentang hal - hal yang dilakukan dalam menghadapi menarke seperti yang telah diterangkan diatas.
3.      Menganjurkan kepada klien agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi dan memenuhi kebutuhan zat besi klien sekitar 400 mg – 500 mg / hari karena pada orang menstruasi akan banyak besi yang dikeluarkan, sehingga hal tersebut dapat mencegah terjadinya anemia.
4.      Memberikan kompres hangat pada abdomen klien yang mengalami menarce disertai disminore.

1.2    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarke
1.2.7    Pengkajian
Identitas :
Nama, alamat, usia (rata-rata antara usia 10-15 tahun), jenis kelamin (perempuan), agama, pendidikan, pekerjaan , suku/bangsa, alamat, status perkawinan, dan penanggung biaya dll.
·         Keluhan utama:
            Biasanya yang sering menjadi keluhan klien :
1.      Nyeri pada abdomen khususnya pada bagian ovarium
2.      Cemas / ansietas
·         Riwayat penyakit sekarang:
Biasanya klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian bawah yang menjalar hingga ke punggung, cemas karena tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, lemas, lemah dan lelah bisanya juga disertai dengan pusing. Mudah marah.

·         Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada klien tentang pola nutrisi klien karena  anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus.
  • Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada klien atau keluarga tentang usia berapa dahulu ibu atau saudara perempuan dari klien mengalami menarce
  • Riwayat Psikososial Spiritual
1.    Kebanyakan klien mengalami ansietas karena kurangnya pengetahuan tentang menarke.
2.    Biasanya klien sering bertanya-tanya tentang terjadinya menarke.
3.    Sensitif dan lebih mudah untuk marah.
4.    Aktifitas spiritual klien terganggu.
  • Pola Kebiasaan Sehari - hari (ADL)
E  Nutrisi
Pada umumnya tidak terdapat gangguan, hanya saja pada beberapa orang terkadang nafsunya makan menurun karena nyeri pada abdomen.
E  Eliminasi
Volume urin normal 1000 ml-1500 ml/ hari, BAB normal 1-2 x/hari
E  Aktivitas
Pada beberapa orang biasanya mengalami gangguan dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya karena nyari pada abdomen / disminore, merasa tidak nyaman, dan karena mudah lelah.
E  Istirahat
Terganggu karena nyeri abdomen / disminore.
  • Pemeriksaan Fisik
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan umum       : Baik
Kesadaran               : Composmentis
TD                           : Normal
Nadi                        : Pada beberapa klien mengalami takikardi

Suhu                        : Normal
RR                          : Normal
2.      Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Kepala                 :  Simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan.
Muka                   :  Simetris, tidak pucat, tidak odem
Mata                    :  tidak cekung, congjugtiva merah muda / anemis, sclera putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah
Hidung                :  Simetris, sekret tidak ada, polip tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.
Telinga                 :  Simetris, tidak ada serumen yang berlebihan, fungsi pendengaran baik.
Leher                   :  Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran/ bendungan vena jugularis.
Dada                    :  Simetris, tidak ada penarikan otot intercostae.
Mammae              :  Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, biasanya terasa keras dan nyeri bila di palpasi.
Abdomen             :  Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada luka bekas operasi, nyeri pada daerah ovarium/ daerah diatas pubis yang biasanya pada beberapa klien nyeri hingga daerah lumbal.
Genetalia             :  Keluar darah dari vagina encer dan ada beberapa gumpalan,tidak ada tanda infeksi pada genetalia.
                            Tidak ada masalah pada penyebaran rambut pubis, tidak ada varises, oedem, dan lesi.
Anus                    :  Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas :                      
Atas              :  Simetris, tidak odem, akral hagat pergerakan sendi bebas.
Bawah          :  Simetris, tidak odem, tidak ada varises pada kedua tungkai, pergerakan sendi bebas.


1.2.8    Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d spasme endometrium
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang menarce
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,kelelahan.

1.2.9    Intervensi Keperawatan
          Dx 1       : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d spasme endometrium
          Tujuan    : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam,
 diharapkan nyeri klien hilang atau berkurang.
          Kriteria hasil :
1.      Skala nyeri menurun
2.      TTV normal :
TD: 110/90 mmHg-120/100 mmHg
T : 36,5 O C-37,5 OC
RR : 16-24x/menit
N : 60-100x/ menit
3.      Klien tampak rileks
4.      Klien mampu melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri
5.      Klien dapat menyesuaikan diri dengan nyeri
Intervensi :
1)      Obsevasi tanda-tanda vital klien
R/ nyeri dapat mempengaruhi  kenormalan tanda-tanda vital klien.
2)      Pertahankan tirah baring
R/ untuk meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
3)      Ajarkan pada pasien teknik relaksasi dan distraksi dalam menurunkan nyeri
R/ teknik relaksasi dan distraksi akan membantu pasien dalam mengontrol nyeri
4)      Kaji ekspresi wajah klien
R/ ekspresi wajah bisa menjadi indikator dalam merespon nyeri


5)      Observasi skala nyeri
R/ skala nyeri membantu untuk mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami oleh pasien dan membantu untuk menentukan tindakan selanjutnya.
6)      Berikan klien kompres hangat pada bagian abdomen
R/ Kompres hangat akan membantu mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri.

          Dx 2       : Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang terjadinya menarke
Tujuan      : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x24 jam cemas klien berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
1. Klien tampak tenang
2. Klien mengerti penjelasan perawat tentang terjadinya menarke
Intervensi :
1.      Bentuk hubungan percaya dengan pasien. Bersikap jujur, konsisten didalam respon. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus.
R/       Kejujuran, ketersediaan, dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada hubungan pasien perawat.
2.      Kaji tingkat ansietas pasien.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan ketrampilan yang mungkin membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang dan atau kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai.
  1. Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan dan pikirannya.
R/ memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep tentang Menarke.
4.      Jelaskan pada klien tentang apa yang terjadi pada diri klien.
R/  penjelasan perawat tentang apa yang terjadi pada diri klien (menarke) akan membantu mengurangi rasa cemas klien.


  1. Berikan penjelasan kepada klien tentang cara merawat diri waktu menstruasi.
R/ penjelasan tentang cara merawat diri waktu haid akan membantu mengurangi kekhawatiran klien waktu menstruasi.
Dx 3  : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan kelelahan
Tujuan      : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x24 jam klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari.
Kriteria Hasil :
1.    Klien dapat melaporkan perbaikan rasa berenergi.
2.    Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.    Evaluasi laporan kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas serta perhatikan kemampuan tidur/istirahat dengan tepat.
R/ Menentukan derajat (berlanjutnya/perbaikan) dari efek ketidakmampuan.
2.    Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan
R/ Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
3.    Rencanakan periode istirahat yang adekuat.
R/ Mungkin mempunyai efek akumulatif (sepanjang faktor psikologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut diakui/diketahui.
4.    Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi.
R/ Mencegah energi, memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan/normal dan memberikan keamanan pada pasien.
5.    Tingkatkan tingkat partisipasi sesuai toleransi pasien.
R/ Meningkatkan rasa membaik/meningkatkan kesehatan dan membatasi frustasi.
6.    Lakukan kolaborasi untuk mengawasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium, dan kalium.
R/ Ketidakseimbangan dapat mengganggu fungsi neuromuskular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi untuk menyelesaikan tugas dan potensial perasaan lelah.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).
Menarche disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor  keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. Sedangkan menurut Kartono (1992), menarche disebabkan karena faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan.
Banyak gejala yang timbul pada menarche seperti : Nyeri / kram perut, cemas /ansietas, lemas, lelah dan sensitif (mudah marah). Dari menarche ini didapati masalah keperawatan yang sering muncul  sesebagai berikut:
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri b.d spasme endometrium
2.    Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses menstruasi
3.    Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan kelelahan

B. Saran
1.      Diharapkan makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan untuk lebih  bisa memahami tentang Menarke.
2.      Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Menarke ” ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk lebih memperbaiki makalah.





DAFTAR PUSTAKA


Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri :Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC
Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, Ed 2. Jakarta: EGC
Ida Bagus Gede Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Ginekologi Sosial Profesi Bidan. Jakarta : EGC
BKKBN. 2000. Materi Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Bagi Fasilitator. Jakarta : Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Kartono. 1992. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju


0 komentar:

Posting Komentar