ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIEN
DENGAN ASMA
Dosen
Pembimbing : Ilkafah M.Kes
Disusun
Oleh :
Achmad Khotibul Umam
3A
KEPERAWATAN
STIKES
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepeda kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Respirasi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Asma “.Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan
serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan
Alhamdulillah dan terima kasih kepada
1. Bapak
Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan
2. Ilkafah M.Kep, sebagai dosen pembimbing
3. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan
kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Lamongan, 24 September 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting
bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen –
patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma
bronkial. Asma merupakan penyakit
radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan
berulang, obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan
bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin
meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun
dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International
Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan,
prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat
lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai
20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma
diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology
tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51%
mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku
terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku
mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas
sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%,
dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12
bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu,
total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun
dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam
bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan
Keperawatan Klien dengan Asma.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi dari system
pernafasan?
1.2.2. Apa Definisi dari Asma Bronkial?
1.2.3. Apa etiologi dari Asma Bronkial ?
1.2.4. Apa ptofisiologis dari Asma
Bronkial?
1.2.5. Apa manifestasi klinis dari Asma
Bronkial?
1.2.6. Bagaimana klasifikasi dari Asma
Bronkial?
1.2.7. Bagaiamana pathway dari Asma
Bronkial?
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan dari
Asma Bronkial?
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari
Asma bronkial?
1.2
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi
dari system pernafasan
1.3.2. Untuk mengetahui definisi dari
Asma bronkial
1.3.3. Untuk mengetahui etiologi dari
asma bronkial
1.3.4. Untuk mengetahui patofisiologis dari Asma bronkial
1.3.5. Untuk mengetahui manifestasi
klinis dari Asma bronkial
1.3.6. Untuk mengetahui klasifikasi Asma
bronkial
1.3.7. Untuk mengetahui pathway dari
Asma bronkial
1.3.8. Untuk mengetahui penatalaksanaan
dari Asma bronkial
1.3.9. untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Asma
bronkial
2.1 Anatomi fisiologi dari
Sistem Pernafasan
BAB
II
PEMBAHASAN
Sistem pernafasan terdiri dari komponen
berupa saluran pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung
sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah
menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan
sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh,
menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam
tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan
didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara
pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan
gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari
proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup,
kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang
iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi
pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan
fisiologi dari organ-organ pernafasan
1. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas.
Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi
utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat,
bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan
dengan pharing disebut nasopharing.
2. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal.
Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing.
Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. Laring,
Berada di atas trakea di bawah pharing.
Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu
akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya
yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria,
namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang
berhubungan dengan trakea.
4. Trakea,
Terletak di bagian depan esophagus, dan
mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra
torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
5. Bronkus,
Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia
yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk
selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk
dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus,
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi
ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus
respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia
dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
7. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan
cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan
paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2)
yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari
lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi
dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan
dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami
kolaps.
8. Paru Paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus
(dilapisi) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung
membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya
cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah
iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh
darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
2.2. Definisi Asma bronkial
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang
dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab
misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari
otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan
pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman,
Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial,
hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk
alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.
(Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi
intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan
jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and
Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan
dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama
serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk
menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat mengakibatkan
alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu dapat memicu
serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan
nafas pendek, wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang
bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini
terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap
rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan
serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh
karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan
di tandai dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di
dada. (Columbia Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan
bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti alergen, infeksi dan latihan.
2.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain
debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan
lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan
laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi
lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan
oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan
(misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium
glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya
asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres.
2.4
Manifestasi Klinis
a) Tanda
Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita,
biasanya akan ditemukan tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal
datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai berikut, yaitu sifatnya unik untuk
setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa
sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan dan
tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka
prestasi penggunaan “Preak Flow Meter”.
Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam,
2006) adalah perubahan dalam pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana
hati (moodiness), hidung mampat,
batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah
mata, susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan
kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Preak Flow Meter.
b) Gejala
1.
Gejala
Asma Umum
Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan
dibutuhkannya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan
udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat memunculkan gejala berupa sesak
napas/sulit bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi (wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang
dewasa).
Tidak semua orang akan mengalami
gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat mengalaminya dari waktu ke waktu,
dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya sepanjang hidupnya. Gelaja asma
seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami kontak dengan pemicu
asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka performa penggunaan Preak Flow Meter menunjukkan rating
yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari
penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).
2.
Gejala Asma Berat
Gejala asma berat (Hadibroto &
Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan batuk yang hebat, napas berat
“ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan berkonsentrasi,
jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan
cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung
mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di
bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu
atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis), serta
angka performa penggunaan Preak Flow
Meter dalam wilayah be
rbahaya (biasanya di bawah 50% dari
performa terbaik individu).
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
` Ditandai dengan reaksi alergik yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic
terhadap alergi. Oleh karena itu jika
ada faktor – faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka
akan terjadi serangan asma ekstrinsik
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan
dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema.
2.6
Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor
lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang
menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia. Antibodi yang dihasilkan
(IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk
sel-sel mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dan substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini
dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang
menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:
a. Konstriksi
otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.
b. Peningkatan
permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah
sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan
sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
2.7 Pathway Asma Bronkial
Faktor Ekstrinsik (debu, bulu
binatang, dll )
Faktor Intrinsik (udara dingin,
infeksi saluran nafas, dll)
|
Peningkatan
kelenjar mukosa
Faktor Intrinsik (udara dingin,
infeksi saluran nafas, dll)
|
RR meningkat
|
Merangsang mediator kimia
(histamin,bradikinin,prostaglandin)
|
Spasme otot polos
|
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
|
Bronkus
|
Dispnea
|
Penggunaan otot bantu pernafasan
|
bronkospasme
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Disfagia
|
esofagus
|
Produksi mucus berlebih
|
Gangguan pola nafas
|
Anoreksia
|
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip
umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan
segera.
b. Mengenal
dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan
penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat
yang merawatnya.
Pengobatan
pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a.
Pengobatan non farmakologik:
-
Memberikan penyuluhan.
-
Menghindari faktor pencetus.
-
Pemberian cairan.
-
Fisiotherapy.
-
Beri O2 bila perlu.
b.
Pengobatan farmakologik :
1)
Bronkodilator
: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan
:
a)
Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama
obat :
-
Orsiprenalin (Alupent)
-
Fenoterol (berotec)
-
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat
golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler)
atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk
selanjutnya dihirup.
2)
Santin (teofilin)
Nama
obat :
Aminofilin (Amicam supp)
-
Aminofilin (Euphilin Retard)
-
Teofilin (Amilex)
Efek
dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara
pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika
penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin
bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
4)
Ketolifen
Mempunyai
efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut
Tanjung., Skp, 2007)
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL
1.1 PENGKAJIAN
a) Identitas
klien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis
kelamin
4. Agama
5. Alamat
6. Penanggung
jawab
7. Tanggal
masuk RS
8. Tanggal
pengkajian
b) Keluhan
utama
Sesak
c) Riwayat
penyakit sekarang
Klien biasanya mengalami sesak, batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan,
d) Riwayat
penyakit dahulu
Apakah klien pernah
mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
e) Riwayat
penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga
sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.
1.2 PEMERIKSAAN
FISIK
1. Head
to toe
§ Keadaan
umum : Klien lemah
§ Kesadaran
: komposmentis
§ TTV
TD : 120/90mmHg
S : 37,8 Cº
N : >100x/menit
RR : 24x/menit
§ Kepala
: bersih, rambut hitam, mesosepal
§ Hidung
: cuping hidung (+) , secret (+) , epistaksis (-) , tidak terpasang NGT
§ Telinga
: serumen (-), bentuk simetris
§ Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
§ Dada
:
Ø Inspeksi
: bentuk simetris
Ø Palpasi
: pengembangan dada simetris, adanya otot bantu pernafasan
Ø Perkusi
: sonor
Ø Auskultasi
: bunyi nafas tambahan (wheezing)
§ Jantumg
Ø Inspeksi
: tampak ictus cordus
Ø Perkusi
: pekak ada pembesaran jantung
Ø Auskultasi
: -
§ Paru
–Paru
Ø Inspeksi
: pengembangan paru kanan-kiri asimetris
Ø Perkusi
: pekak
Ø Auskultasi
: nafas pendek, bunyi nafas tambahan (wheezing)
Ø Palpasi
: ada tarikan intercoste
§ Abdomen
Ø Inspeksi
: tidak ada benjolan
Ø Auskultasi
: bising usus normal
Ø Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati
Ø Perkusi
: Tympani
§ Genetalia
Ø Inspeksi
: tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Ø Palpasi
: tidak pembesaran genetalia
§ Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema
Palpasi : akral dingin
2. Pengkajian
ADL (Activity daily Living)
a. Aktivitas/istirahat,
gejala : terjadi kelemahan akibat sesak
b. Sirkulasi,
gejala : dyspnea, adanya bunyi nafas tambahan (wheezing)
c. Intergritas
Ego, gejala: gelisah,insomnia,
d. Eliminasi,
gejala : -
e. Makanan/cairan
: BB turun, anoreksia
f. Nyeri/kenyamanan
: nyeri dada
g. Pernafasan
: sesak, batuk, banyak penumpukan secret
h. Keamanan
: insomnia, sesak
i.
Seksualitas : -
j.
Penyuluhan : faktor resiko keluarga
penderita Asma
3. Konsep
Model teori Keperawatan menurut Florence Nightingle
a. Lingkungan
fisik
Merupakan
lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Bagi
penderita Asma ventilasi kurang, berdebu,
banyak asap, uadaranya kotor
b. Lingkungan Psikologi
Florence
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negative dapat menyebabkan
stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu bagi
penderita asma biasanya pada udara lembab, udara kotor
c. Lingkungan Sosial
Observasi
dari lingkungan social terutama hubungan spesifik, kumpulan data-data yang
spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Pada penderita asma biasa berada di lingkungan yang banyak polusi
seperti di pabrik, jalan raya dll
1.3 PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan
tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor
alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yan positif pada
asma.
2. Elektrokardiografi
Gambaran
elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian,dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
·
Perubahan aksis jantung,yakni pada
ummnya
Terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
·
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot
jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch block).
·
Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat
sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
3. Scanning
paru
Dengan scanning paru melalui
inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru.
4. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas
reversible,cara yang cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator.zin
5.
Pemeriksaan
Radiologi
Gambaran radiologi asma ringan umumnya normal,
tetapi pada asma berat dapat dijumpai bermacam-macam gambaran radiologiyang
disebabkan oleh komplikasi seperti atelectasis, pneumotoraks, pneumomediastinum
atau pneumonia. Pada asma yang disertai obstruksi berat, didapatkan gambaran
radiologi hyperlicent, dengan pelebaran sela antar iga, diafragma letak rendah,
penumpukan udara di daerah refrosternal tetapi jantung masih dalam batas
normal.
1.4 ANALISA DATA
NO
|
Data
penunjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS
: pasien mengeluh sukar bernafas, sesak dan anoreksia
DO
: Dispnea parah dg ekspirasi memanjang disertai wheezing
|
Peningkatan
produksi secret, bronchospasme, menurunnya energy
|
Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas
|
2.
|
DS
: pasien mengeluh sesak nafas,nyeri dada,batuk,gelisah
DO
: Klien nampak Sesak nafas (+)
· Klien Memegang dadanya,
Penggunaan otot Bantu pernafasan
·
klien batuk – batuk
·
Ekspresi
wajah gelisah
|
Kurangnya
suplai O2, bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
|
Gangguan
pertukaran gas
|
3.
|
DS
:pasien mengeluh nafsu makan menurun
DO
:pasien Nampak kesultan waktu menelan
|
Dispnea,
fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret bronchospasme, menurunnya energy
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi
jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
3. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia,
nausea/vomiting
1.6 FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa
Kep.
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Tidak
efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret bronchospasme, menurunnya energy
|
Tujuan
:
Jalan
nafas kembali efektif setelah diberikan perawatan selama 2 hari
KH
:
1. Demam
menurun
2. Tidak
ada cemas
3. RR
: normal
4. Irama
nafas normal
5. Pergerakan
sputum keluar dari jalan nafas
6. Bebas
dari suara nafas tambahan
|
1. Auskultasi
bunyi nafas catat adanya wheezing, ronchi
2. Kaji
frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi
3. Kaji
pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada
sandaran
4. Observasi
karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keafektifan memperbaiki upaya batuk
5. Berikan
air hangat
6. Kolaborasi
obat sesuai indikasi bronkodilator Spiriva 1x1 (inhalasi)
|
1. Beberapa
derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas, bunyi nafas
redup dengan ekspirasi mengi tak ada fungsi nafas (asma berat)
2. Takipnea
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
setelah stress/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang di banding inspirasi
3. Peninggian
kepala mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
4. Batuk
dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit
akut/kelemahan
5. Penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus
6. Membebaskan
spasme jalan nafas,mengi dan produksi mucus
|
2.
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme,
obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
|
Tujuan
:
Pertukaran
gas adekuat setelah diberikan perawatan selama 3 hari
KH
:
1. Bernafas
dengan mudah
2. Tidak
ada sianosis, saturasi O2 dalam batas normal
|
1. Kaji
frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot bantu pernafasan/ pelebaran nasal
2. Auskultasi
bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti mengi, ronchi
3. Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi
4. Observasi
pola batuk dan karakter secret
5. Dorong/bantu
pasien dalam nafas dan latihan batuk
6. Kolaborasi
Berikan tambahan O2
Berikan terapi
nebulizer
|
1. Kecepatan
biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelectasis dan atau
nyeri dada
2. Ronki
dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas/ kegagalan pernafasan
3. Duduk
tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
4. Kongesti
alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi
5. Dapat
meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernafas
6. Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembapan pada membrane
mukosa dan membantu pengurangan secret.
|
3
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspnea, fatigue, efek samping
pengobatan produksi sputum, anorexsia, nausea/ vomiting.
|
Tujuan
:
Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi secara adekuatsetelah diberikan perawatan selama 2
hari.
KH:
Keadaan
umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan
porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, BB dalam batas normal.
|
1. Kaji
status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjunktiva)
2. Jelaskan
pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
3. Timbang
BB dan TB
4. Anjurkan
klien minum air hangat saat makan
5. Anjurkan
klien makan sedikit –sedikit tapi sering
6. Kolaborasi
-
Konsul dengan tim gizi/ tim
pendukung gizi
-
Berikan obat sesuai indikasi
-
Vit. B squrb 2x1
-
Antiemetic rantis 2x1
|
1. Menentukan
dan membantu dalam intervensi lanjutnya
2. Pastikan
pengetahuan klien dapat menaikkan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan
3. Penurunan
BB yang signifikan merupakan indicator kurangnya nutrisi
4. Air
hangat dapat mengurangi mual
5. Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
6. Menentukan
kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
-
Defisiensi vitamin dapat terjadi
bila protein dibatasi
-
Untuk menghilangkan muntah/ mual
|
1.7 EVALUASI
a. Jalan
nafas kembali efektif
b. Pola
nafas kembali efektif
c. Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
d. Klien
dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
e. Pengetahuan
klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& suddart (2002) “buku ajar keperawatan medical- bedah”, Jakarta :AGC
Alsagaff & Mukty Abdul (2006) “Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru”, Surabaya:Airlangga University Press
Price,
S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses
penyakit”, Jakarta: EGC
Drs.
H syaifuddin, AMK (2006) “Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan”,Jakarta:ECG
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ……………………………………………………………..
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan
Penulisan……………………………………………………………
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
fisiologi system pernafasan…………………………………….
2.2 Definisi
Asma Bronkial…………………………………………………….
2.3 Etiologi
Asma Bronkial…………………………………………………
2.4 Manifestasi
klinis Asma Bronkial………………………………………
2.5 Klasifikasi
Asma Bronkial………………………………………………
2.6 Patofisiologi
Asma Bronkial……………………………………………..
2.7 Pathway
Asma bronkial……………………………………………….
2.8 Penatalaksanaan
Asma Bronkial…………………………………………..
2.9 Askep
Klien dengan Asma Bronkial……………………………………….
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma merupakan penyempitan
sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel
dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.
Berdasarkan penyebabnya Asma Bronkial diklasifikasikan dibagi menjadi 2 tipe
yaitu :
1.
Ekstrinsik (alergik)
Ditandai
dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh factor-fktor pencetus yang spesifik
seperti debu,bulu binatang,obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
2.
Intrinsic (non Alergik)
Ditandai
dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bias juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi
3.2 Saran
1.
Bagi Mahasiswa
Meningkatkan
kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar
2.
Bagi Pendidikan
Bagi
dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutya
3.
Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui
bagaimana cara memberikan Asuhan keperawatan dengan klien Asma
Bronkial
0 komentar:
Posting Komentar