Minggu, 07 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA


ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ASMA
Dosen Pembimbing : Ilkafah M.Kes


Disusun Oleh :
Achmad Khotibul Umam




3A KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2012/2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepeda kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Respirasi. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma “.Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada
1.      Bapak Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan
2.      Ilkafah  M.Kep, sebagai dosen pembimbing
3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
                                                               



           Lamongan, 24 September 2012


Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen – patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana anatomi fisiologi dari system pernafasan?
1.2.2. Apa Definisi dari Asma Bronkial?
1.2.3. Apa etiologi dari Asma Bronkial ?
1.2.4. Apa ptofisiologis dari Asma Bronkial?
1.2.5. Apa manifestasi klinis dari Asma Bronkial?
1.2.6. Bagaimana klasifikasi dari Asma Bronkial?
1.2.7. Bagaiamana pathway dari Asma Bronkial?
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan dari Asma Bronkial?
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma bronkial?

1.2  Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari system pernafasan
1.3.2. Untuk mengetahui definisi dari Asma bronkial
1.3.3. Untuk mengetahui etiologi dari asma bronkial
1.3.4. Untuk mengetahui  patofisiologis dari Asma bronkial
1.3.5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asma bronkial
1.3.6. Untuk mengetahui klasifikasi Asma bronkial
1.3.7. Untuk mengetahui pathway dari Asma bronkial
1.3.8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Asma bronkial
1.3.9. untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Asma bronkial
           




2.1 Anatomi fisiologi dari Sistem Pernafasan

BAB II
PEMBAHASAN


Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ pernafasan
1.      Hidung
      Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
2.      Pharing
      Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3.      Laring,
      Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.
4.      Trakea,
      Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
5.      Bronkus,
      Dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6.      Bronkiolus,
      Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.
   
7.      Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
8.      Paru Paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.
2.2. Definisi Asma bronkial
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.

2.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres.




2.4 Manifestasi Klinis
a)  Tanda
Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan ditemukan tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi penggunaan “Preak Flow Meter”.
Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat, batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Preak Flow Meter.
b)  Gejala
1.      Gejala Asma Umum
Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi (wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).
Tidak semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya sepanjang hidupnya. Gelaja asma seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami kontak dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka performa penggunaan Preak Flow Meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).
2.   Gejala Asma Berat
Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis), serta angka performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah be
rbahaya (biasanya di bawah 50% dari performa terbaik individu).

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.      Ekstrinsik (alergik)
`           Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap  alergi. Oleh karena itu jika ada faktor – faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik
2.      Instrinsik (non alergik)
 Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema.

2.6 Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia. Antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:
a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas   yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.











2.7  Pathway Asma Bronkial

Faktor Ekstrinsik (debu, bulu binatang, dll )
Faktor Intrinsik (udara dingin, infeksi saluran nafas, dll)



 Peningkatan kelenjar mukosa
Faktor Intrinsik (udara dingin, infeksi saluran nafas, dll)



RR meningkat



Merangsang mediator kimia (histamin,bradikinin,prostaglandin)

Spasme otot polos
Bersihan jalan nafas tidak efektif


Bronkus


Dispnea


Penggunaan otot bantu pernafasan


bronkospasme

Nutrisi kurang dari kebutuhan


Disfagia


esofagus


Produksi mucus berlebih


Gangguan pola nafas


Anoreksia
 






























2.8  Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan  serangan asma
c.  Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a.       Pengobatan non farmakologik:
-          Memberikan penyuluhan.
-          Menghindari faktor pencetus.
-          Pemberian cairan.
-          Fisiotherapy.
-          Beri O2 bila perlu.
b.      Pengobatan farmakologik :
1)      Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a)    Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
                                         
2)      Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
3)      Kromalin        
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
4)      Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1.1  PENGKAJIAN
a)      Identitas klien
1.      Nama
2.      Usia
3.      Jenis kelamin
4.      Agama
5.      Alamat
6.      Penanggung jawab
7.      Tanggal masuk RS
8.      Tanggal pengkajian
b)      Keluhan utama
Sesak
c)      Riwayat penyakit sekarang
Klien biasanya  mengalami sesak, batuk, gatal-gatal pada tenggorokan,
d)     Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
e)      Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.

1.2  PEMERIKSAAN FISIK
1.      Head to toe
§  Keadaan umum : Klien lemah
§  Kesadaran : komposmentis
§  TTV
TD : 120/90mmHg
S : 37,8 Cº
N : >100x/menit
RR : 24x/menit
§  Kepala : bersih, rambut hitam, mesosepal
§  Hidung : cuping hidung (+) , secret (+) , epistaksis (-) , tidak terpasang NGT
§  Telinga : serumen (-), bentuk simetris
§  Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
§  Dada :
Ø  Inspeksi : bentuk simetris
Ø  Palpasi : pengembangan dada simetris, adanya otot bantu pernafasan
Ø  Perkusi : sonor
Ø  Auskultasi : bunyi nafas tambahan (wheezing)
§  Jantumg
Ø  Inspeksi : tampak ictus cordus
Ø  Perkusi : pekak ada pembesaran jantung
Ø  Auskultasi : -
§  Paru –Paru
Ø  Inspeksi : pengembangan paru kanan-kiri asimetris
Ø  Perkusi : pekak
Ø  Auskultasi : nafas pendek, bunyi nafas tambahan (wheezing)
Ø  Palpasi : ada tarikan intercoste
§  Abdomen
Ø  Inspeksi : tidak ada benjolan
Ø  Auskultasi : bising usus normal
Ø  Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati
Ø  Perkusi : Tympani
§  Genetalia
Ø  Inspeksi : tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Ø  Palpasi : tidak pembesaran genetalia
§  Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada edema
Palpasi : akral dingin
2.      Pengkajian ADL  (Activity daily Living)
a.       Aktivitas/istirahat, gejala : terjadi kelemahan akibat sesak
b.      Sirkulasi, gejala : dyspnea, adanya bunyi nafas tambahan (wheezing)
c.       Intergritas Ego, gejala: gelisah,insomnia,
d.      Eliminasi, gejala : -
e.       Makanan/cairan : BB turun, anoreksia
f.       Nyeri/kenyamanan : nyeri dada
g.      Pernafasan : sesak, batuk, banyak penumpukan secret
h.      Keamanan : insomnia, sesak
i.        Seksualitas : -
j.        Penyuluhan : faktor resiko keluarga penderita Asma
3.      Konsep Model teori Keperawatan menurut Florence Nightingle
a.       Lingkungan fisik
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Bagi penderita Asma ventilasi kurang,  berdebu, banyak asap, uadaranya kotor
b.      Lingkungan Psikologi
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negative dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu bagi penderita asma biasanya pada udara lembab, udara kotor
c.       Lingkungan Sosial
Observasi dari lingkungan social terutama hubungan spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,sangat penting untuk pencegahan penyakit. Pada penderita asma biasa berada di lingkungan yang banyak polusi seperti di pabrik, jalan raya dll





1.3  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yan positif pada asma.
2.      Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
·         Perubahan aksis jantung,yakni pada ummnya
      Terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
·         Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch block).
·         Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
3.      Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru.
4.      Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara yang cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.zin
5.      Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi asma ringan umumnya normal, tetapi pada asma berat dapat dijumpai bermacam-macam gambaran radiologiyang disebabkan oleh komplikasi seperti atelectasis, pneumotoraks, pneumomediastinum atau pneumonia. Pada asma yang disertai obstruksi berat, didapatkan gambaran radiologi hyperlicent, dengan pelebaran sela antar iga, diafragma letak rendah, penumpukan udara di daerah refrosternal tetapi jantung masih dalam batas normal.

1.4  ANALISA DATA
NO
Data penunjang
Etiologi
Masalah
1.       
DS : pasien mengeluh sukar bernafas, sesak dan anoreksia
DO : Dispnea parah dg ekspirasi memanjang disertai wheezing
Peningkatan produksi secret, bronchospasme, menurunnya energy
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas 
2.       
DS : pasien  mengeluh sesak  nafas,nyeri dada,batuk,gelisah
DO : Klien nampak Sesak nafas (+)
· Klien Memegang dadanya, Penggunaan otot Bantu pernafasan
·  klien batuk – batuk
·         Ekspresi wajah gelisah


Kurangnya suplai O2, bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
Gangguan pertukaran gas
3.       
DS :pasien mengeluh nafsu makan menurun
DO :pasien Nampak kesultan waktu menelan
Dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting
Nutrisi kurang dari kebutuhan


1.5  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret bronchospasme, menurunnya energy
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan Dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting


1.6  FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
Diagnosa Kep.
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret bronchospasme, menurunnya energy
Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif setelah diberikan perawatan selama 2 hari

KH :
1.      Demam menurun
2.      Tidak ada cemas
3.      RR : normal
4.      Irama nafas normal
5.      Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
6.      Bebas dari suara nafas tambahan
1.      Auskultasi bunyi nafas catat adanya wheezing, ronchi
2.      Kaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi
3.      Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya peninggian kepala, tidak duduk pada sandaran
4.      Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keafektifan memperbaiki upaya batuk
5.      Berikan air hangat
6.      Kolaborasi obat sesuai indikasi bronkodilator Spiriva 1x1 (inhalasi)
1.      Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi tak ada fungsi nafas (asma berat)
2.      Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan setelah stress/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding inspirasi
3.      Peninggian kepala mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
4.      Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan
5.      Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus
6.      Membebaskan spasme jalan nafas,mengi dan produksi mucus
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
Tujuan :
Pertukaran gas adekuat setelah diberikan perawatan selama 3 hari
KH :
1.      Bernafas dengan mudah
2.      Tidak ada sianosis, saturasi O2 dalam batas normal
1.      Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan/ pelebaran nasal
2.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti mengi, ronchi
3.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4.      Observasi pola batuk dan karakter secret
5.      Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk
6.      Kolaborasi
Berikan tambahan O2
Berikan terapi nebulizer

1.      Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelectasis dan atau nyeri dada
2.      Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas/ kegagalan pernafasan
3.      Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
4.      Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi
5.      Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernafas
6.      Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembapan pada membrane mukosa dan membantu pengurangan secret.
3
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspnea, fatigue, efek samping pengobatan produksi sputum, anorexsia, nausea/ vomiting.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi secara adekuatsetelah diberikan perawatan selama 2 hari.
KH:
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12  kali/menit, BB dalam batas normal.
1.      Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjunktiva)
2.      Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
3.      Timbang BB dan TB
4.      Anjurkan klien minum air hangat saat makan
5.      Anjurkan klien makan sedikit –sedikit tapi sering
6.      Kolaborasi
-          Konsul dengan tim gizi/ tim pendukung gizi
-          Berikan obat sesuai indikasi
-          Vit. B squrb 2x1
-          Antiemetic rantis 2x1

1.      Menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya
2.      Pastikan pengetahuan klien dapat menaikkan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan
3.      Penurunan BB yang signifikan merupakan indicator kurangnya nutrisi
4.      Air hangat dapat mengurangi mual
5.      Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
6.      Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
-          Defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi
-          Untuk menghilangkan muntah/ mual

1.7  EVALUASI
a.       Jalan nafas kembali efektif
b.      Pola nafas kembali efektif
c.       Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
d.      Klien dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
e.       Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah












DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddart (2002) “buku ajar keperawatan medical- bedah”, Jakarta :AGC
Alsagaff  & Mukty Abdul (2006) “Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru”, Surabaya:Airlangga University Press
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses penyakit”, Jakarta: EGC
Drs. H syaifuddin, AMK (2006) “Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan”,Jakarta:ECG
























DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ……………………………………………………………..
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3  Tujuan Penulisan……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Anatomi fisiologi system pernafasan…………………………………….
2.2  Definisi Asma Bronkial…………………………………………………….
2.3  Etiologi Asma Bronkial…………………………………………………
2.4  Manifestasi klinis Asma Bronkial………………………………………
2.5  Klasifikasi Asma Bronkial………………………………………………
2.6  Patofisiologi Asma Bronkial……………………………………………..
2.7  Pathway Asma bronkial……………………………………………….
2.8  Penatalaksanaan Asma Bronkial…………………………………………..
2.9  Askep Klien dengan Asma Bronkial……………………………………….
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan……………………………………………………………..
3.2  Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA








BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Asma merupakan penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan. Berdasarkan penyebabnya Asma Bronkial diklasifikasikan dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1.      Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh factor-fktor pencetus yang spesifik seperti debu,bulu binatang,obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
2.      Intrinsic (non Alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bias juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi
3.2  Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
2.      Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutya
3.      Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana cara memberikan Asuhan keperawatan dengan klien Asma Bronkial





0 komentar:

Posting Komentar