bocah ngganteng dewe

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 28 Oktober 2012

MAKALAH SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK


MAKALAH
SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK
Dosen Pembimbing :
Farida Juanita,S.kep.Ns

Nama :
Achmad Khotibul Umam


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2012-201

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi.Dalam makalah ini kami membahas tentang“Anemia Aplastik” .  Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada:
1.Bapak Drs.H.Budi Utomo, Amd,Kep,M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2.Bapak Arifal Aris S.Kep, Ns, M.Mkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan.
3.Ibu Farida Juanita,S.Kep. Ns.selaku dosen pembimbing.
4.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan  makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.




Lamongan, 10 Oktober 2012

Penyusun



DAFTAR  ISI

LEMBAR JUDUL     ................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB 1 :PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah...................................................................................         
1.2       Rumusan Masalah.............................................................................  .....................
1.3       Tujuan Penulisan...............................................................................  ....................
1.4       Metode Penulisan ……………………………………………………………….
1.5       Sistematika Penulisan

BAB 2 :TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Anemia Aplastik          
2.2 Etiologi Anemia Aplastik
2.3 Patofisiologi Anemia Aplastik
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Pathway Anemia Aplastik



BAB 3 :Konsep Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
B.     Diagnosa Keperawatan
C.     Rencana Keperawatan
BAB 4 :PENUTUP
4.1.Kesimpulan ........................................................................................      .....................
4.2.Saran .................................................................................................       .....................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan produksi eritroid,mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi,serta tidak dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum tulang.Aplasia ini dapat  terjadi hanya pada satu,dua atau ketiga sistem hematopoiesis.Aplasia ini hanya mengenai sistem eritopoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya mengenai sistem granulopoitik disebut granulositosis sedangkan hanya mengenai sistem megakariositik disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik (PTA).Bila mengenai ketiga sistem disebut Panmieleoptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik.Menurut The International and Aplastik Anemia study (IAAS) disebut anemia aplastik bila : Kadar Hemoglobin 10 gr/dl atau Hematokrit 30;hitung trombosit 50.000/mm³;hitung leukosit 3500/mm³ atau granulosit 1,5 x 109/I.Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan diskeratosis conginetal,dan sering berkaitan dengan anomaly fisik khas dan perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda,dapat pula berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal.Anemia Aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas,dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak pada  dewasa muda yang terlihat normal;hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset ini.Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit.Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap,akan menyebabkan anemia,leukopenia,dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep teori serta asuhan keperawatan pada anemia aplastik.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari anemia apalstik?
2.      Bagaimana etiologi dari anemia aplastik?
3.      Bagaimana patofisiologi  dari anemia aplastik?
4.      Bagaimana manifestasi klinis?
5.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari anemia aplastik?
6.      Bagaimana penatalaksanaannya?
7.      Bagaimana pathway pada anemia aplastik?
8.      Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia aplastick?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Imun dan Hematologi yang berjudul “Askep Anemia Aplastik “.Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

1.4  Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi dan internet.

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang,rumusan masalah,tujuan penulisan,metode penulisan,dan sistematika penulisan.BAB II Pembahasan,BAB III Asuhan keperawatan dengan anemia aplastic,BAB IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anemia Aplastik
            Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm³ drah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang menhdasari,.seperti kehilangan,komponen darah,elemen tidak adekuat,atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam  darah tepi seperti eritrosit,leukosit,dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang,sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah kelainan yang ditandai dengan pansitopenia,penurunan jumlah jaringan eritropoetik (sel darah merah,leukosit,dan trombosit) di sumsum tulang.
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebkan berkurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi sepeti eritrosit,leukosit,dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hematopoetik dalam sumsum tulang.(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)

2.2 Etiologi Anemia Aplastik
a.       Faktor Konginetal       : Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikosefali,strabismus,anomaly jari,kelainan ginjal dan sebagainya.
b.      Faktor didapat
·         Bahan kimia    : benzene,insektisida,senyawa As,Au,Pb
·         Obat                : kloramfenikol,mesantoin (antikonvulsan),piribenzamin (antihistamin),santonin-kalomel,obat sitostajtika (myleran methrotrexate,TEM,vincristine,rubidomycine dan sebagainya),obat anti tumor (nitrogen mustard),anti microbial.
·         Radisi              : sinar rontgen,radioaktif.
·         Faktor individu : alergi terhadap obat,bahan kimia dan lain-lain
·         Infeksi             : tuberculosis militer,hepatitis,dan lain-lain
·         Keganasan       : penyakit ginjal,gangguan endokrin,dan idiopatik.(Mansjoer.2005.hal:494)

2.3 Patofisiologi Anemia Aplastik
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini,patofiosiologi anemia aplastic belum diketahui secara tuntas.Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :
1.      Kerusakan sel hematopoitik
2.      Kerusakan lingkungan mikro sumsum  tulang
3.      Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 3& 4,atau dengan biakan sel .Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai,longterm culture-initiating cells (LTC-ICI),long –term marro culture (LTMC),jumlah sel induk / CD 3&4 sangat menurun hingga 1-10% dan normal.Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cells  jumlah sel induk sangat menurun.Bukti kklinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus.Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekontruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastic.Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disenbabkan oleh proses imunologi,
Sel stroma pasien anemia aplastic dapat menunjang pertumbuhan sel induk,tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari pasien.Berdasarkan temuan tersebut,teori kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang sebagai penyebab dasar anemia aplastic makin banyak ditinggalkan.
Anemia aplastic sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi fakto pertumbuhan.Kerusakan akibat obat.Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik.Untuk reaksi indiosinkronasi yang paling sering dosis rendah oibat,perubahan metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolism dari kebanyakan obat dan zat kimia,terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air,melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang disebut intermediate) ; komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler.Sebagai contoh,turunan hydroquinones dan quinolone berperan terhadap cedera jaringan. Pembentukan intermediate metabolic yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan terhadap jaringannya kejadian reaksi idiosinkronasi obat.

2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
·         Lemah dan mudah lelah
·         Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
·         Trombositopenia menimbulkan pendarahan mukosa dan kulit
·         Pucat
·         Pusing
·         Anoreksia
·         Peningkatan tekanan sistolik
·         Takikardia
·         Penurunan pengisian kapiler
·         Sesak
·         Demam
·         Purpura
·         Petekie
·         Hepatosplenomegali
·         Limfadenopati (Tierny,dkk.2003.hal:95)

2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.Jumlah darah lengkap
a.       Jumlah eritrosit menurun berat,dan pansitopenia
b.      Pewarnaan SDM,untuk mendeteksi perubahan warna dan bentuk
c.       LED yang mengalami peningkatan yang menunjukkan adanya reaksi inflamasi (misalnya : peningkatan kerusakan SDM atau penyakit maligasi)
d.      Masa hidup SDM ,berguna untuk membedakan diagnosis anemia (misalnya : pada tipe anemia tertentu SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek)
e.       SDP,jumlah sel total menurun
2.Jumlah trombosit menurun
a.       Hemoglobin elektroforesis,mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
b.      Folat serum dan vit B12,membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorbs
c.       Masa pendarahan memanjang
d.      Aspirasi sumsum tulang /pemeriksaan biopsy,sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,ukuran,dan bentuk untuk membedakan tipe anemia (misalnya : lemak sumsum dengan penurunan sel darah)
e.       Pemeriksaan endoskopik dan radiografik,untuk memeriksa sisi pendarahan atau pendarahan GIT

2.6 Penatalaksanaan
A.    Manajemen medis
1)      Terapi krausal
Terapi krausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab.Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2)      Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pensitopenia.Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengatasi infeksi
Ø  Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat
Ø  Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b.      Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi pocked red cell ( PRC ) jika hemoglobin < 7 gr atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik.Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c.       Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau trombosit < 20.000 / m³

3)      Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
·         Anabolik steroid á dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari.Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu.Efek samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
·         Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
·         GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.

4)      Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangkah panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :
a.Terapi imunosupresif
ü  Pemberian anti-lymphocyte globuline ( ALG ) atau anti-thymocyte globuline ( ATG ) dapat menekan proses imunologis
ü  Terapi imunosupresif  lain,yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
                  Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitive yang memberikan harapan kesembuhan,tetapi biayanya mahal.

B.     Manajemen keperawatan

1.      Pencegahan infeksi
2.      Istirahat untuk mencegah perdarahan,terutama perdarahan otak
3.      Tempatkan pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
4.      Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
5.      Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan pasien
6.      Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan pasien
7.      Berikan informasi adekuat mengenai keadaan,pengobatan dan kemajuan kesehatan pasien serta bimbingan untuk perawatan di rumah

2.7 Pathway Anemia Aplastik

BAB III

Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik

A.       Pengkajian
1.      Identitas pasien meliputi nama,jenis kelamin,umur,alamat,agama,bahasa yang dipakai,status perkawinan,pendidikan,pekerjaan,golongan darah,no.register
2.      Riwayat kesehatan
a.       KeluhanUtama : Sesak
b.      Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan beberapa hari yang lalu mengalami sesak napas jika beraktivitas dan akhirnya dibawah ke rumah sakit.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan perdarahan.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien sekarang.
3.      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan umum : klein lemah
System respirasi: nafas pendek pada saat aktivitas dan istirahat, takipnea, ortopnea, dyspnea.
b)      System kardiovaskuler: nadi meningkat, tekanan darah turun.
c)      System neuorosensori: peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, berespon lambat dan dangkal, epistaksis/perdarahan dari lumbang-lumbang.
d)     System eliminasi : hematemesis,feses dengan darah segar,melena,diare atau konstipasi,penurunan keluaran urine,distensi abdomen
e)      System gastrointestinal : anoreksia
f)       System muskulusketal : lemah,cepat lelah,tonus otot menurun
A.    Diagnosa Keperawatan
1)      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan afinitas Hb-02 menurun
2)      Gangguan pola napas berhubungan dengan penggunaan otot bantu napas
3)      Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan peradangan
4)      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
5)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan



B.     Rencana Keperawatan
TGL
No.Dx
Tujuan
Intervensi
Rasional
ttd

1
Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam perfusi O2 ke jaringan menjadi adekuat.
KH :
·         TTV normal
( TD : 110/80-120/90mm/Hg; RR : 16-20x/menit;Suhu : 36,5C-37,5C ; N : 60-100X/menit)
·         Membrane mukosa basah,pengisian kapiler baik,mental seperti biasa,pertukaran gas dapat dipertahankan.
1. Observasi TTV.
2.Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3. Kaji respons verbal melambat,mudah terangsan,bingung
4. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
1.Mengetahui keadaan umum pasien.
2.Meningkatkan ekspansi paru memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3.Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau difisiensi B12.

4.Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.



2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas klien kembali efektif .
KH :
·         Klien tidak mengalami sianosis.
·         AGD normal ( PO2 = 85-90 mmHg; PC02=35-45mmHg;HCO-3=21-26mmHg;Ph=7,35-7,45;SO2=90-100mmHg).
·         Tidak ada penggunaan otot bantu napas (mis:cuping hidung).
1.Dorong latihan napas dalam.
2. Beri bantalan pada pagar tempat tidur dan ajarkan pasien menggunakannya untuk istirahat tangan.
3. Gunakan bantal kecl dibawah kepala bila diindikasikan.
4.Hindari penggunaan pengikat abdomen.
5. Berikan O2 tambahan.
1. Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan napas,sehingga menurunkan resiko atelektasis,pneumonia.
2. Penggunaan pagar tempat tidur memungkinkan istirahat tangan untuk ekspansi dada lebih besar.
3. Pasien gemuk mempunyai leher besar dan tebal.Menggunakan bantal banyak dan besar dapat menghambat jalan napas.
4. Dapat membatasi ekspansi paru.
5.Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.



3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang.
KH :


TTV normal (TD:110/80-120-90mmHg;RR:16-20x/menit;Suhu: 36,5-37,5C;N:60-100x/menit).
·         Skala nyeri 1-3
·         Wajah pasien tidak meringis kesakitan.
1.Observasi TTV
2.Observasi keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas (skala 1-10),frekuensi dan waktu.Menandai non verbal,misal : gelisah,takikardi,meringis.
3.Lakukan tindakan paliatif,misal: pengubahan posisi,masase.
4.Berikan analgesic/anti piretik.Gunakan ADP(analgesic yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesic 24 jam dengan dosis tepat.
1.Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2.Mengindikasikebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda.
Perkembangan/ resolusi komplikasi.
3.Meningkatkan relaksasi/menurun ketegangannya.
4.Memberikan penutunan nyeri atau tidak nyaman: mengurangi demam.Obat yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil.Mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan.


4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam klien menunjukkan peningkatan masukan makanan,mempertahankan/meningkatkan berat badan.
KH:
·         BB naik
·         Hb normal 12-14g/dl
·         Porsi makan klien habis
·         Nafsu makan pasien meningkat
1.Observasi dan catat masukan makan klien.
2.Timbang berat badan klien setiap hari.
3.Berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering.
4.Observasi dan catat kejadian mual/muntah,
flatus,dan gejala lain yang berhubungan.
5.Konsul pada ahli gizi.
6.Berikan suplemen nutrisi,misal:Ensure dan Isocal.
1.Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2.Mengawasi penurunan atau penambahan berat badan.
3.Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
4.Gejala GIT dapat menunjukkan efek anemia pada organ.
5.Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
6.Meningkatkan masukan protein dan kalori.


5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mengalami peningkatan aktivitas.
KH:
·         TTV normal (TD:110/80-120-90mmHg; RR:16-20x/menit; Suhu:36,5C-37,5C; N:60-100x/menit).
·         Klien melakukan personal hygine sendiri.
·         Klien tidak cepat lelahsetelah beraktivitas.
1.Kaji gangguan keseimbangan gaya berjalan dan kelemahan otot.
2.Berikan lingkungan tenang,pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
3.Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu,memungkinkan pasien untuk melakukan sebanyak mungkin.
4.Gunakan teknik penghematan energy ( mis: mandi dengan duduk).
1.Menunjukkan perubahan neurologi karena difisiensi vit B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
2.Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhuan O2 tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
3.Membantu bila perlu,harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
4.Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energy dan mencegah kelemahan.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·         Definisi Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit,leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hematopoetik dalam sumsum tulang.(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak).
·         Etiologi anemia aplastik
a.       Faktor congenital
b.      Faktor didapat
v  Bahan kimia
v  Obat
v  Radiasi
v  Faktor individu
v  Infeksi
v  Keganasan
·         Patofisiologi anemia aplastik
                        Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :
Ø  Kerusakan sel hematopoetik
Ø  Kerusakan linkungan mikro sumsum tulang
Ø  Proses imunoligik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 3&4,atau dengan biakan sel.Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai,longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/Cd 3&4 sangat menurun hinggan 1-10% dari normal.Demikian juga pengamatan pada cobble-stone are forming cells jumlah sel induk sangat menurun.Bukti klinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tukang pada 60-80% kasus.
·         Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
v  Lemah dan mudah lelah
v  Trombositopenia
v  Pucat
v  Pusing
v  Anoreksia
v  Peningkatan tekanan sistolik
v  Takikardia
v  Penurunan pengisian kapler
v  Sesak
v  Demam
v  Purpura
v  Petekie
v  Hepatosplenomegali
v  Limfadenopati
C.     Pemeriksaan diagnostic
1)      Pewarnaan SDM
2)      Hemoglobin elektroforesis
3)      Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsy
4)      Pemeriksaan endoskopik dan radiografik
·         Penatalaksanaan
a.       Manajemen Medis
1)      Terapi Kausal
2)      Terapi suportif
3)      Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
4)      Terapi definive


b.      Manajemen Keperawatan
·         Asuhan Keperawatan pada Anemia Aplastik
a)      Pengkajian
1)      Identitas pasien
2)      Riwayat kesehatan
3)      Pemeriksaan fisik
b)      Diagnosa Keperawatan
c)      Rencana Keperawatan

B.     Saran
                               I.            Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
                            II.            Bagi pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
                         III.            Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar memenuhi anemia aplastik dalam hal ini meliputi pengertian,etiologi,patofisiologi,manifestasi klinis,penatalaksanaan,komplikasi dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Anemia Aplastik.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall.2009.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.Jakarta : EGC
Doengoes,Mariliynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Jakarta : EGC
http:/poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-a
Price,Sylvia.2005.Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta : EGC